Minggu, 12 November 2017

SENI PERTUNJUKAN CERITA SI  PITUNG: PERTARUNGAN IDENTITAS
DAN REPRESENTASI BUDAYA BETAWI

Siti Gomo Attas
Universitas Negeri Jakarta
tigo_attas@yahoo.co.id

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cerita si Pitung diperebutkan oleh berbagai kekuatan sosial di luar dirinya dalam konteks representasi identitas budaya Betawi. Melalui cerita si Pitung, pertarungan identitas melalui mitos dapat memporakporandakan kekuatan kolonial, terutama kekuatan kontestasi antara budaya local dengan hegemoni colonial bahwa orang pribumi di dalam hal ini, budaya orang Betawi adalah orang lemah, tertindas dan suka merampok. Penelitian ini akan membahas : (1) proses pertarungan  dalam memaknai cerita si pitung antara masyarakat kolonial dan tuan tanah melawan masyarakat pribumi, (2) posisi kekuatan social yang ada dalam mewujudkan hegemoni atas cerita si Pitung dan perannya dalam pertarungan perebutan representasi identitas  masyarakat Betawi. Sebagai sesuatu yang terbangun dari identitas merupakan sesuatu yang bersifat retak, berubah-rubah mengikuti ruang dan waktu. Representasi identitas cerita si Pitung merupakan medan pertarungan pemaknaan dalam lingkup kebudayaan.

Kata-kata kunci: cerita si Pitung, representasi, hegemoni, kontestasi dan identitas.


A. Pendahuluan
Sejarah terbentuknya Jakarta dimulai ketika Belanda merebut kota Jayakarta dari Nusantara dan mendirikan kota Batavia tahun 1619 sebagai pangkalan utama  operasi mereka di Hindia Timur. Daerah yang terletak di bagian tengah pantai utara Jawa Barat merupakan daerah yang jarang penduduknya dan diapit oleh dua kesultanan, yaitu Banten dan Cirebon.  Namun,  J.P. Coen tidak menarik orang jawa dari pedalaman sekitar dengan alasan keamanan. Justru,  J.P. Coen  mendatangkan orang Tionghoa dan orang-orang Banda yang telah ditaklukkan untuk menetap di Batavia (Castle, 1967: 6).
Secara  historis, sejak tahun 1673, 1815, 1893 nama Betawi belum ada dalam Dagh Register (Batavia, 1673) History of Jawa (Raffles, 1815) dan Encyclopedie van Nederlandsch (Indie, 1893) sebagai sebuah suku  tersendiri.  Menurut  catatan Raffless, Ia mengatakan bahwa sebagian besar penduduk yang memenuhi Batavia pada saat itu berasal dari Indonesia Timur.  Penduduk Indonesia Timur ini menempati  wilayah daerah pedalaman  tepat di pinggir Batavia (Ommelanden). Jadi, dapat dipastikan bahwa sumbangsi terbesar dalam pembetukan suku baru yang disebut Betawi, yang muncul berdasarkan data  Sensus  Penduduk tahun 1930 berasal dari Indonesia Timur (Castel, 1967:11).
            Pembentukan suku baru yang dikenal dengan suku Betawi berasal dari peleburan suku bangsa yang ada. Berdasarkan catatan Raffles dkk  bahwa pada saat itu telah terjadi melting pot (panci pelebur),  secara perlahan-lahan telah mengikis penduduk yang beridentitas ganda menjadi sebuah identitas baru yang disebut Betawi.  Menurut hasil penelitian Raben (1999), sejarah asal-usul etnis Betawi juga telah dibahas oleh para pakar yang mengaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota Batavia. Berdasarkan pada arsip pemerintah Kolonial Belanda (Castle, 1967, terjemahan Gatot Triwira, 2007: 10—12) bahwa berdasarkan pencatatan penduduk di Batavia tahun 1673, 1815, dan 1893 menunjukkan sejak 1673 dan 1815 jumlah penduduk dikelompokkan berdasarkan etnis. Berdasarkan informasi Raffles, pada tahun 1815 sebagian penduduk Batavia itu adalah budak yang berasal dari Bali dan Sulawesi Selatan.  Suku Betawi berdasarkan data di atas bahwa Betawi terbentuk dari berbagai suku dan etnis Nusantara yang mayoritas berasal dari Indonesia Timur. Di pihak lain, kebudayaan yang turut membentuk suku baru itu, yaitu Islam dan bahasa Melayu yang berasal dari Indonesia Barat. Jadi, dapat dimungkinkan bahwa terbentuknya suku Betawi di Batavia melalui proses peleburan atau melting pot.
Namun, menurut sejarawan Sagiman MD,  eksistensi suku Betawi telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman neolitikum. Penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa, sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura (Suku Betawi, 2014). Berdasarkan data Arkeolog Uka Tjandarasasmita (Knoerr, 2002: 203—221), menunjukkan data arkeologis bahwa terdapat bukti-bukti yang kuat dan ilmiah tentang sejarah penghuni Jakarta dan sekitarnya dari masa sebelum Tarumanagara di abad ke-5, Dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikum atau batu baru (3500—3000 tahun yang lalu)  bahwa beberapa tempat yang diyakini telah memiliki penghuni, yaitu Cengkareng, Sunter, Cilincing, Kebon Sirih, Tanah Abang, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Jatinegara, Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Condet, Pasar Minggu, Pondok Gede, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Cipete, Pasar Jumat, Karang Tengah, Ciputat, Pondok Cabe, Cipayung, dan Serpong. Penandaan akan adanya kehidupan pada masa itu, yaitu: kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari kayu. Jadi, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian. 
Sebutan suku, orang, dan kaum Betawi, menurut laporan Van der Aa (1846), (Shahab, 2004: 4 dan Chaer, 2012: 6) muncul dan mulai populer ketika Mohammad Husni Tamrin mendirikan perkumpulan "Persatoean Kaoem Betawi" pada tahun 1923 dan ikut serta dalam semangat Sumpah Pemuda dan Kongres Pemuda II tahun 1928. Meski ketika itu penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia disebut "negeri", Betawi sebagai kategori "suku" dimunculkan dalam sensus penduduk tahun 1930. Seiring dengan kedudukan  suku Betawi berdasarkan data sensus penduduk 1930 (Castle, 1967)  maka, dapat dipastikan suku Betawi ada di Batavia berasal dari proses melting pot (panci peleburan).
            Selanjutnya  latar social histori terjadinya cerita rakyat di Batavia dikaitkan dengan kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) tahun 1602 (Moedjanto, 1988: 16).  Keberadaan VOC yang mendapat hak kedaulatan, yaitu : (1) Hak mengadakan perjanjian dengan Negara-negara lain, (2)  Hak memerintah daerah di luar negeri Belanda termasuk mendirikan  daerah-daerah di luar negeri belanda, (3) Hak membentuk tentara dan mendirikan benteng, (4) Hak mengeluarkan mata uang dan mengedarkannya. Selanjutnya VOC juga mendapat hak istimewa, yaitu : (1) Hak monopoli dagang, (2) Hak menyerahkan produksinya  kepada pribumi, (3) Menempati tempat strategis dan campur tangan dengan raja-raja di luar Batavia, (4) Hak campur tangan VOC terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia terbatas pada usaha-usaha mengumpulkan hasil bumi dan pelaksanaan monopoli, misalnya dengan pelayaran hongi, hak ekstirpasi, yaitu hak untuk melakukan penebangan pohon-pohon produksi untukk pasar Eropa agar harga tidak menurun untuk produksi yang berlebihan, (5) VOC menggunakan alat tukar barang karena masih terbatasnya  penggunaan uang.
            Hak istimewa VOC ini juga dipergunakan oleh Belanda  pada saat VOC mengalahkan kerajaan  Sunda Kelapa yang dipimpin oleh Pangeran Jayakarta, seluruh tanah milik kerajaan itu dianggap sebagai milik VOC. Pada tahun–tahun pertama kekuasaan VOC di Batavia, Belanda sudah menjuali tanah miliknya kepada orang-orang Eropa, Cina, dan Arab. Dari sinilah maka dimulainya berlaku  Tanah partikulir (Particuliere Landerijn). Para penyewa tanah partikulir umumnya adalah penduduk pribumi (termasuk orang Betawi). Kaum pribumi memiliki hak yang sangat lemah nyaris mendekati budak belian. Hal ini, disebabkan oleh tidak adanya perlindungan hukum penyewaan  yang jelas (Kartodirdjo, 1973: 21).
Berdasarkan dampak dari penindasan yang dilakukan oleh pemilik tanah kepada para penggarap, yaitu orang pribumi termasuk masyarakat Betawi telah  mendatangkan kemiskinan dan ketakutan rakyat kepada pemerintah Belanda dan para pemilik tanah atau tuan-tuan tanah. Gambaran inilah yang mendatangkan beberapa pembrontakan yang dipimpin oleh para jagoan  dari kalangan pribumi untuk melakukan  perlawanan melawan kesewenagan tersebut. Munculnya tokoh-tokoh jagoan di Betawi pada saat itu sebagai bentuk  perlawanan. Munculnya tokoh jagoan yang memiliki ilmu bela diri dan telah melakukan keonaran di Batavia telah menjadi cerita lisan bagi masyarakat untuk meredam kekuatan Belanda dan para kaki tangannya untuk mengeksploitasi rakyat.

Analisis Struktur Karya Ilmiah “Seni Pertunjukan Cerita Si  Pitung: Pertarungan Identitas dan Representasi Budaya Betawi”

•   ABSTRAK, berisi intisari dari Karya Ilmiah.  Di dalam karya ilmiah Si Pitung ini, berisi tentang bagaimana cerita si Pitung diperebutkan oleh berbagai kekuatan sosial di luar dirinya dalam konteks representasi identitas budaya Betawi.

•  PENDAHULUAN, mencoba menguraikan pokok persoalan Karya Ilmiah. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung ini diawali dengan sejarah terbentuknya kota Jakarta hingga kemunculan tokoh jagoannya.

•  METODE PENELITIAN, tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, Metode Penelitian yang digunakan, yaitu Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif.

•  PEMBAHASAN, berisi pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan acuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, pembahasannya mengangkat tentang cerita atau kisah tentang sosok jagoan dari Betawi yang disapa “Si Pitung”.

• KESIMPULAN, biasanya menunjukkan jawaban atas tujuan yang telah dikemukakan dalam pendahuluan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, simpulan berisi tentang pemaparan representasi  cerita rakyat  melalui dua kekutan sebagai bentuk identitas masyarakat Betawi yang diwakili oleh versi cerita  si Pitung  dari masyarakat betawi, dan identitas  Belanda dari kekuatan penguasa.

•    DAFTAR PUSTAKA, sumber yang digunakan sebagai rujukan oleh Penulis. Salah satu sumber yang tercantum di Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah Si Pitung, yaitu Castle, L. (1967). “The Etnnic Profile of Jakarta,” Indonesia , Vol III (April). Ithaca-New-York Cornel  University.

PUEBI dan Analisis Struktur Karya Ilmiah "Si Pitung"

SENI PERTUNJUKAN CERITA SI  PITUNG: PERTARUNGAN IDENTITAS

DAN REPRESENTASI BUDAYA BETAWI


Siti Gomo Attas

Universitas Negeri Jakarta

tigo_attas@yahoo.co.id


Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cerita si Pitung diperebutkan oleh berbagai kekuatan sosial di luar dirinya dalam konteks representasi identitas budaya Betawi. Melalui cerita si Pitung, pertarungan identitas melalui mitos dapat memporakporandakan kekuatan kolonial, terutama kekuatan kontestasi antara budaya local dengan hegemoni colonial bahwa orang pribumi di dalam hal ini, budaya orang Betawi adalah orang lemah, tertindas dan suka merampok. Penelitian ini akan membahas : (1) proses pertarungan  dalam memaknai cerita si pitung antara masyarakat kolonial dan tuan tanah melawan masyarakat pribumi, (2) posisi kekuatan social yang ada dalam mewujudkan hegemoni atas cerita si Pitung dan perannya dalam pertarungan perebutan representasi identitas  masyarakat Betawi. Sebagai sesuatu yang terbangun dari identitas merupakan sesuatu yang bersifat retak, berubah-rubah mengikuti ruang dan waktu. Representasi identitas cerita si Pitung merupakan medan pertarungan pemaknaan dalam lingkup kebudayaan.


Kata-kata kunci: cerita si Pitung, representasi, hegemoni, kontestasi dan identitas.



A. Pendahuluan

Sejarah terbentuknya Jakarta dimulai ketika Belanda merebut kota Jayakarta dari Nusantara dan mendirikan kota Batavia tahun 1619 sebagai pangkalan utama  operasi mereka di Hindia Timur. Daerah yang terletak di bagian tengah pantai utara Jawa Barat merupakan daerah yang jarang penduduknya dan diapit oleh dua kesultanan, yaitu Banten dan Cirebon.  Namun,  J.P. Coen tidak menarik orang jawa dari pedalaman sekitar dengan alasan keamanan. Justru,  J.P. Coen  mendatangkan orang Tionghoa dan orang-orang Banda yang telah ditaklukkan untuk menetap di Batavia (Castle, 1967: 6).

Secara  historis, sejak tahun 1673, 1815, 1893 nama Betawi belum ada dalam Dagh Register (Batavia, 1673) History of Jawa (Raffles, 1815) dan Encyclopedie van Nederlandsch (Indie, 1893) sebagai sebuah suku  tersendiri.  Menurut  catatan Raffless, Ia mengatakan bahwa sebagian besar penduduk yang memenuhi Batavia pada saat itu berasal dari Indonesia Timur.  Penduduk Indonesia Timur ini menempati  wilayah daerah pedalaman  tepat di pinggir Batavia (Ommelanden). Jadi, dapat dipastikan bahwa sumbangsi terbesar dalam pembetukan suku baru yang disebut Betawi, yang muncul berdasarkan data  Sensus  Penduduk tahun 1930 berasal dari Indonesia Timur (Castel, 1967:11).

            Pembentukan suku baru yang dikenal dengan suku Betawi berasal dari peleburan suku bangsa yang ada. Berdasarkan catatan Raffles dkk  bahwa pada saat itu telah terjadi melting pot (panci pelebur),  secara perlahan-lahan telah mengikis penduduk yang beridentitas ganda menjadi sebuah identitas baru yang disebut Betawi.  Menurut hasil penelitian Raben (1999), sejarah asal-usul etnis Betawi juga telah dibahas oleh para pakar yang mengaitkan dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota Batavia. Berdasarkan pada arsip pemerintah Kolonial Belanda (Castle, 1967, terjemahan Gatot Triwira, 2007: 10—12) bahwa berdasarkan pencatatan penduduk di Batavia tahun 1673, 1815, dan 1893 menunjukkan sejak 1673 dan 1815 jumlah penduduk dikelompokkan berdasarkan etnis. Berdasarkan informasi Raffles, pada tahun 1815 sebagian penduduk Batavia itu adalah budak yang berasal dari Bali dan Sulawesi Selatan.  Suku Betawi berdasarkan data di atas bahwa Betawi terbentuk dari berbagai suku dan etnis Nusantara yang mayoritas berasal dari Indonesia Timur. Di pihak lain, kebudayaan yang turut membentuk suku baru itu, yaitu Islam dan bahasa Melayu yang berasal dari Indonesia Barat. Jadi, dapat dimungkinkan bahwa terbentuknya suku Betawi di Batavia melalui proses peleburan atau melting pot.

Namun, menurut sejarawan Sagiman MD,  eksistensi suku Betawi telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman neolitikum. Penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa, sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura (Suku Betawi, 2014). Berdasarkan data Arkeolog Uka Tjandarasasmita (Knoerr, 2002: 203—221), menunjukkan data arkeologis bahwa terdapat bukti-bukti yang kuat dan ilmiah tentang sejarah penghuni Jakarta dan sekitarnya dari masa sebelum Tarumanagara di abad ke-5, Dikemukakan bahwa paling tidak sejak zaman neolitikum atau batu baru (3500—3000 tahun yang lalu)  bahwa beberapa tempat yang diyakini telah memiliki penghuni, yaitu Cengkareng, Sunter, Cilincing, Kebon Sirih, Tanah Abang, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Jatinegara, Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Condet, Pasar Minggu, Pondok Gede, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Cipete, Pasar Jumat, Karang Tengah, Ciputat, Pondok Cabe, Cipayung, dan Serpong. Penandaan akan adanya kehidupan pada masa itu, yaitu: kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari kayu. Jadi, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian. 

Sebutan suku, orang, dan kaum Betawi, menurut laporan Van der Aa (1846), (Shahab, 2004: 4 dan Chaer, 2012: 6) muncul dan mulai populer ketika Mohammad Husni Tamrin mendirikan perkumpulan "Persatoean Kaoem Betawi" pada tahun 1923 dan ikut serta dalam semangat Sumpah Pemuda dan Kongres Pemuda II tahun 1928. Meski ketika itu penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia disebut "negeri", Betawi sebagai kategori "suku" dimunculkan dalam sensus penduduk tahun 1930. Seiring dengan kedudukan  suku Betawi berdasarkan data sensus penduduk 1930 (Castle, 1967)  maka, dapat dipastikan suku Betawi ada di Batavia berasal dari proses melting pot (panci peleburan).

            Selanjutnya  latar social histori terjadinya cerita rakyat di Batavia dikaitkan dengan kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) tahun 1602 (Moedjanto, 1988: 16).  Keberadaan VOC yang mendapat hak kedaulatan, yaitu : (1) Hak mengadakan perjanjian dengan Negara-negara lain, (2)  Hak memerintah daerah di luar negeri Belanda termasuk mendirikan  daerah-daerah di luar negeri belanda, (3) Hak membentuk tentara dan mendirikan benteng, (4) Hak mengeluarkan mata uang dan mengedarkannya. Selanjutnya VOC juga mendapat hak istimewa, yaitu : (1) Hak monopoli dagang, (2) Hak menyerahkan produksinya  kepada pribumi, (3) Menempati tempat strategis dan campur tangan dengan raja-raja di luar Batavia, (4) Hak campur tangan VOC terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia terbatas pada usaha-usaha mengumpulkan hasil bumi dan pelaksanaan monopoli, misalnya dengan pelayaran hongi, hak ekstirpasi, yaitu hak untuk melakukan penebangan pohon-pohon produksi untukk pasar Eropa agar harga tidak menurun untuk produksi yang berlebihan, (5) VOC menggunakan alat tukar barang karena masih terbatasnya  penggunaan uang.

            Hak istimewa VOC ini juga dipergunakan oleh Belanda  pada saat VOC mengalahkan kerajaan  Sunda Kelapa yang dipimpin oleh Pangeran Jayakarta, seluruh tanah milik kerajaan itu dianggap sebagai milik VOC. Pada tahun–tahun pertama kekuasaan VOC di Batavia, Belanda sudah menjuali tanah miliknya kepada orang-orang Eropa, Cina, dan Arab. Dari sinilah maka dimulainya berlaku  Tanah partikulir (Particuliere Landerijn). Para penyewa tanah partikulir umumnya adalah penduduk pribumi (termasuk orang Betawi). Kaum pribumi memiliki hak yang sangat lemah nyaris mendekati budak belian. Hal ini, disebabkan oleh tidak adanya perlindungan hukum penyewaan  yang jelas (Kartodirdjo, 1973: 21).

Berdasarkan dampak dari penindasan yang dilakukan oleh pemilik tanah kepada para penggarap, yaitu orang pribumi termasuk masyarakat Betawi telah  mendatangkan kemiskinan dan ketakutan rakyat kepada pemerintah Belanda dan para pemilik tanah atau tuan-tuan tanah. Gambaran inilah yang mendatangkan beberapa pembrontakan yang dipimpin oleh para jagoan  dari kalangan pribumi untuk melakukan  perlawanan melawan kesewenagan tersebut. Munculnya tokoh-tokoh jagoan di Betawi pada saat itu sebagai bentuk  perlawanan. Munculnya tokoh jagoan yang memiliki ilmu bela diri dan telah melakukan keonaran di Batavia telah menjadi cerita lisan bagi masyarakat untuk meredam kekuatan Belanda dan para kaki tangannya untuk mengeksploitasi rakyat.


Analisis Struktur Karya Ilmiah “Seni Pertunjukan Cerita Si  Pitung: Pertarungan Identitas dan Representasi Budaya Betawi”


•   ABSTRAK, berisi intisari dari Karya Ilmiah.  Di dalam karya ilmiah Si Pitung ini, berisi tentang bagaimana cerita si Pitung diperebutkan oleh berbagai kekuatan sosial di luar dirinya dalam konteks representasi identitas budaya Betawi.


•  PENDAHULUAN, mencoba menguraikan pokok persoalan Karya Ilmiah. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung ini diawali dengan sejarah terbentuknya kota Jakarta hingga kemunculan tokoh jagoannya.


•  METODE PENELITIAN, tata cara bagaimana suatu penelitian akan dilaksanakan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, Metode Penelitian yang digunakan, yaitu Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif.


•  PEMBAHASAN, berisi pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan acuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, pembahasannya mengangkat tentang cerita atau kisah tentang sosok jagoan dari Betawi yang disapa “Si Pitung”.


• KESIMPULAN, biasanya menunjukkan jawaban atas tujuan yang telah dikemukakan dalam pendahuluan. Dalam Karya Ilmiah Si Pitung, simpulan berisi tentang pemaparan representasi  cerita rakyat  melalui dua kekutan sebagai bentuk identitas masyarakat Betawi yang diwakili oleh versi cerita  si Pitung  dari masyarakat betawi, dan identitas  Belanda dari kekuatan penguasa.


•    DAFTAR PUSTAKA, sumber yang digunakan sebagai rujukan oleh Penulis. Salah satu sumber yang tercantum di Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah Si Pitung, yaitu Castle, L. (1967). “The Etnnic Profile of Jakarta,” Indonesia , Vol III (April). Ithaca-New-York Cornel  University.


Selasa, 15 Agustus 2017

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara






     Ki Hajar Dewantara, tokoh pejuang pendidikan Indonesia, terlahir pada 2 Mei 1889. Tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau terlahir dalam lingkungan keluarga Kraton Yogyakarta dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Tut Wuri Handayani Sebagai bangsawan kraton, maka Ki Hajar mendapatkan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari kolonial Belanda ketika itu. 
     Beliau berhasil menamatkan sekolah dasar ELS, lalu melanjutkan pendidikannya ke STOVIA, sekolah dokter untuk pelajar Indonesia di Jakarta. Lantaran sakit, Beliau tidak bisa menyelesaikan pendidikannya di STOVIA. Ki Hajar Dewantara tidak lantas vakum karena tidak mampu melanjutkan pendidikannya di STOVIA, Beliau kemudian beralih menjadi wartawan dan menulis untuk beberapa surat kabar. Beliau juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan politik.  
     Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara mampu membangkitkan semangat anti kolonialisme Belanda. Tulisannya yang terkenal “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander was) yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913, membuat Belanda marah. Tulisan tersebut merupakan protes atas rencana Belanda untuk mengumpulkan derma dari Indonesia yang ketika itu belum merdeka untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari jajahan Prancis. Meski kerap kali membuat Belanda tersinggung, Ki Hajar Dewantara tidak berhenti menulis.
     Kemarahan Pemerintah Belanda hingga sampai pada puncaknya ketika Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan agar Ki Hajar Dewantara di asingkan ke Pulau Bangka tanpa proses peradilan terlebih dahulu. Namun kemudian pengasingan tersebut dialihkan ke negeri Belanda atas permintaan kedua rekan Ki Hajar Dewantara yakni dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo. Masa pengasingan di Belanda justru membuat Ki Hajar Dewantara belajar lebih giat. Beliau mendalami bidang pendidikan dan pengajaran hingga akhirnya mendapatkan sertifikat Europeesche Akte. Ki Hajar akhirnya kembali ke tanah air pada 1918. Selanjutnya Beliau memfokuskan diri pada bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan untuk tujuan Indonesia Merdeka. 
     Bentuk perjuangannya beliau wujudkan dengan mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922 bersama rekan-rekan seperjuangannnya. Tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara kini tidak lagi bernuansa politik tetapi beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan Beliau berisi tentang konsep pendidikan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep pendidikan itulah, Beliau meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional Indonesia. 
      Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan terkenal tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik), yang sampai saat ini masih dipertahankan dalam dunia pendidikan kita. Dimasa Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Beliau juga pernah menjadi anggota parlemen. Di akhir hayatnya, ribuan orang menyemut mengiringi jenazahnya hingga dimakamkan di pemakaman Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara dianugerahi sebagai pahlawan nasional dan tanggal kelahirannya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional setiap tahunnya.
     Inilah sedikit kisah dari Ki Hajar Dewantara, kegigihannya dalam mengajar rakyat Indonesia di jaman Belanda menginspirasi saya untuk menjadi seorang guru. Saya harap kisah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah rasa sayang dan cintanya ke pada tanah air Indonesia.

Kamis, 06 Maret 2014

Tips Memilih komputer Yang murah dan juga Berkualitas Tinggi...

Ingin berbelanja komputer? Tapi budget terbatas? Anda sudah tepat sekali membaca artikel ini, karena artikel ini akan membahas tentang tips memilih hardware komputer dengan harga murah dan berkualitas tinggi. Berikut ini tips n trknya : 1.Tipe processor. Processor merupakan bagian terpenting dalam sebuah komputer. Bisa dikatakan processor adalah sebuah otak dari suatu sistim kerja komputer. Untuk itu perlu diperhatikan dalam memilih tipe processor sesuai dengan penggunaan kerja kita. Ada bermacam-macam merk processsor, namun di dunia bisnis terdapat dua vendor processor besar yang merajai dunia bisnis processor. Merk AMD dan INTEL. Kedua perusahaan processor ini saling bersaing dalam dunia bisnis, mereka selalu berlomba-lomba mengembangkan kinerja processornya. Bagaimana cara memilih processor yang sesuai dengan kinerja kita? Jika kita sering melakukan kerja dengan menggunakan internet dan microsoft office saja, maka kita dapat memilih netbook yang hanya menggunakan processor intel atom saja. Sedangkan jika kita sering bekerja dengan program-program yang berat seperti adobe fotoshop, corel, lightroom, dan lain sebagainya menggunakan Intel core2duo dengan catatan kita mempunyai budget yang besar. Namun jika hanya mempunyai budget yang pas-pasan, maka Intel dual core sangat cocok untuk kerja ini. Perbedaan dari keduanya adalah pada intel dual core, putaran kipasnya jauh lebih kencang dari core2duo, processornya cepat mengalami kenaikan suhu. 2. RAM RAM atau sering disebut juga dengan Random Access Memory juga memiliki peranan penting dalam kinerja seperangkat komputer. Fungsi dari Ram itu sendiri adalah untuk menyimpan data semnetara yang dibutuhkan oleh processor dengan cepat untuk diolah menjadi sebuah informasi. RAM keluaran MUSHKIN (dikenal sebagai salah satu produsen RAM terbaik) ini berjalan pada spesifikasi di atas PC5300. Sedangkan spesifikasi teknis dari RAM ini adalah berjalan pada kecepatan 800 MHz, timing SPD 5-3-3-8, dan tegangan DIMM 1,8 volt. RAM ini dibalut dengan heatspreader berwarna hitam yang kemungkinan besar dibuat oleh Thermaltake. Di samping itu Chip yang digunakannya adalah chip buatan Micron dan PCB-nya menggunakan PCB buatan BrainPower. RAM dengan kecepatan setinggi ini sangat cocok bagi Anda yang menggunakan prosesor yang haus bandwidth memori. Bandwidth memori yang besar memang sangat membantu mempercepat kinerja prosesor keluaran Intel dalam memproses aplikasi-aplikasi yang sering digunakan untuk bekerja. Selain itu, sebagian besar chipset terbaru untuk prosesor Intel (seperti chipset nForce 4 SLI Intel Edition dari NVIDIA dan chipset 955x dari Intel) sudah mendukung RAM dengan spesifikasi PC6400 secara tidak resmi. Oleh karena itu, apabila Anda menggunakan RAM jenis ini, kinerjanya akan tetap optimal meskipun sistem berjalan secara asynchronous. V-GEN DDR II 512 MB PC-5300 Kolaborasi Samsung dan V-GEN RAM ini merupakan produk first party dari SAMSUNG. Hal ini dapat diketahui karena masih menempelnya label stiker SAMSUNG di bodi RAM serta tergrafirnya tulisan SAMSUNG di PCB-nya. RAM ini sama persis tampilannya dengan RAM dari MVM. Hanya saja, RAM dari MVM berjalan di spesifikasi PC4300, sedangkan RAM dari V-Gen ini diusung untuk berjalan di spesifikasi PC5300. Saat ini, RAM yang berjalan pada kecepatan 667 MHz atau dikenal dengan sebutan PC5300, merupakan spesifikasi RAM tertinggi yang didukung secara native oleh chipset-chipset motherboard terbaru untuk Intel. Keunggulan utama RAM dengan spesifikasi ini adalah harganya. Harga dari RAM dengan spesifikasi PC5300 memiliki selisih sangat sedikit dengan RAM yang berjalan pada spesifikasi dibawahnya (PC4300). Sehingga membeli RAM dengan spesifikasi PC5300 tentu saja merupakan pilihan yang lebih baik daripada membeli RAM PC4300, jika Anda sedang mencari memori DDR2-SDRAM untuk menemani PC terbaru milik Anda yang sudah mendukung spesifikasi DDR2 terbaru. Hal ini, dikarenakan selisih harga yang sedikit (antara sekeping RAM PC4300 dengan sekeping RAM PC5300 yang memiliki kapasitas yang sama) dapat dianggap sebagai investasi untuk masa depan. 3. VGA VGA atau Video Grafic Card berfungsi mengubah sinyal digital dari komputer menjadi tampilan grafik di layar monitor. Biasanya untuk seorang gaming, VGA yang cocok adalah ATI RADEON atau GFORCE, namun bagi pengguna komputer tanpa ada program yang sangat berat running, VGA dari intel pun cukup memadai. Biasanya kapasitas VGA yang digunakan adalah 512

Kamis, 30 Januari 2014

Perkenalan

Yakkk kenalin nama gw Muhammad Fauzi Mustaqim Akkas temen temen gw biasanya sih manggil gw Oji, gak tau dah tuh nama dari mana. Gw orang depok yang di asingkan ke Jakarta dan tiba tiba nyasar kesebuah gedung di daerah JakTim, kampung asem yang bernama SMPN 275 Tuh gedung keren ya bisa liat pemandang yang bisa dibilang imut (kuburan), gw sedikit bingung kenapa tuh gedung namanya SMPN 275 kenapa gak SMPNFauziAkkas tuh gedung pasti jadi terkenal #kata temen gw sih gitu. Tuh sekolah ada lah SMP pertama ya karna sekolah gw emang satu sih ya jadi pertama dan terakhir :D aminn. Oia gw itu 4 bersaudara kaka gw yang paling tua namanya Nur Afifah dia tuh magerrr banget bayangin minum ada di sampingnya aja minta ambilin, kaka gw yang kedua namanya Fadhil Akkas dia orangnya bisa baik bisa jahat aneh deh, anak ketiga ya gw ya lu tau lah gw yang paling kece dah, yang paling kecil namanya Fatih Muflih gw jarang banget akur sama dia :D Follow @MFauziMA twitter orang kece tuh :D